Monday 3 June 2013

desa Galudra namanya.

Desa Galudra, Cianjur Jawa Barat.







akhir bulan mei dan awal juni, desa Galudra terletak dibawah kaki gunung agung. Desa dengan tanah yang subur dan masyarakat yang sangat ramah.
PKL 1 Sekolah Politik Kerakyatan angkatan 8 dilaksanakan di desa ini. 

tinggal beberapa malam, dengan orang tua angkat, bapak dan ibu dengan 3 orang anak. Anak pertama si bapak sudah berumur 20th dan saat ini meiliki satu anak, anak kedua berumur 17th saat ini bekerja sebagai ojek motor pengantar pupuk, dan anak terakhir bapak bernama ayi, saat ini duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar.

Keluarga angkat baru, keluarga yang hidup dengan sederhana (bahkan dapat dikatakan kurang mampu) tapi bahagia. Suasana hangat didalam keluarga jelas terasa saat semua anggota keluarga yang selalu duduk untuk makan bersama, walau dengan lauk nasi pakai lauk cabai, walau duduk hanya beralas bambu. Apa adanya tapi bahagia.

Bapak bilang untuk apa bisa makan dengan lauk daging tapi hati tidak tenang, untuk apa memasukan makanan haram kedalam perut. tidak apa makan pakai cabai yang penting halal dan baik, diridhoi Allah.

entah kenapa rindu akan keluarga sedikit terobati disini, bangun jam setengah 5 pagi, ambil air wudhu (air disini dingin seperti air es brrr..). 



setelah selesai sholat semua anggota keluarga beserta aku diajak untuk sarapan pagi. Si bapak mengajak aku untuk ikut mencari kayu bakar ke hutan dan menemainiya berkebun. 




umur bapak hampir setengah abad, tapi entah kenapa tenaga nya begitu kuat, jelas terlihat dia sosok yang sangat menyayangi anak-anak dan istrinya. Bapak bilang ia ingin sekali si bungsu bisa melanjutkan pendidikan hingga sarjana (seperti aku katanya).


mayoritas masyarakat di desa ini hanya lulusan sekolah dasar, kenapa ? karna jarak sekolah yang terlalu jauh pertama, kemudian biaya sekolah yang mereka tidak mampu untuk membayarnya, memang sekolah saat ini gratis tapi buku dan alat-alat sekolah lainnya harus dibeli dengan uang. 

anak-anak perempuan pun lantas dinikahkan setelah umur mereka 15tahun, miris ? Jelas.

Desa Galudra yang indah dengan segala keramahan masyarakatnya, perjuangan mereka untuk hidup. naik turun gunung jadi aktivitas sehari-hari. Kerja keras dengan pendapatan yang berbanding terbalik dengan keringat yang dikucurkan. 

Pendidikan bukan kah salah satu pemutus tali kemiskinan ? Bagaimana bisa mendapatkan hidup yang layak, mereka mengelola perkebunan-perkebunan para pengusaha kaya di kota, upah minim seadaanya. Untuk makan saja kurang apalagi harus menanggung biaya pendidikan yang mahal.

disatu desa ini hanya punya satu Sarjana. Bayangkan ?
sebenarnya masih banyak yang harus diceritakan di tentang desa ini, tapi biarlah akan dikenang, dipelajari, di ingat. Bapak terimaksih, terimakasih sudah memebri saya pelajaran berharga dan tumpangan hidup beberpa malam dirumah hangat mu.

Terimkasih Galudra desa indah dibawah kaki gunung agung, banyak sekali pelajaran hidup disana, Ya Allah aku bersyurkur atas segala nikmat yang kau beri hingga saat ini. 



(surau kami, desa Galudra)


1 comment:

  1. ketika kita membuka mata lebar-lebar kita pasti menyadari bahwa ternyata masih banyak kebahagian yang lebih dari sebelumnya yang telah menunggu kita untuk kita buka lebih dalam dan kita rasakan..tetep yakin dan percaya ya tante buk guru :)..bismillah

    ReplyDelete